On-chain vs off-chain transactions main differences

Transaksi On-Chain vs Off-Chain: Panduan Pemula

Reading time

Sejak awal kemunculannya, teknologi blockchain telah diselimuti misteri dan teka-teki yang tidak mudah untuk dipecahkan. Sebagai sistem kompleks yang terdiri dari berbagai elemen yang saling berhubungan, setiap blockchain memiliki register terdistribusi, dengan data yang diakses oleh node berbeda-beda dan memuat informasi tentang transaksi on-chain vs off-chain. Namun, bagaimana cara kerja transaksi tersebut, dan apa perbedaannya?

Artikel ini menjelaskan apa yang dimaksud transaksi on-chain dan off-chain, serta kelebihan, kekurangan, dan karakteristik masing-masing.

Poin Penting

  1. Transaksi on-chain berlangsung di dalam blockchain, dicatat dan diverifikasi dengan menggunakan mekanismenya, dan hanya dianggap selesai setelah ada modifikasi yang sesuai pada blockchain.
  2. Transaksi off-chain berlangsung di jaringan mata uang kripto, tetapi di luar blockchain. Biaya transaksi off-chain sangat murah, dan karena itu populer di jaringan besar.
  3. Transaksi on-chain mungkin lebih baik bagi orang yang menginginkan keamanan, verifikasi, dan kepastian, sedangkan transaksi off-chain cenderung lebih baik bagi orang yang menginginkan transaksi cepat, biaya rendah, dan privasi.

Apa yang Dimaksud Register Blockchain Terdistribusi?

Register terdistribusi adalah basis data yang didistribusikan di antara beberapa node jaringan atau perangkat komputasi. Register ini didistribusikan melalui jaringan antara pesertanya (node). Setiap peserta mungkin memiliki salinan pribadi yang sama dengan basis data register terdistribusi. 

Setiap node diperbarui secara terpisah dari satu sama lain. Semua orang diberi tahu ketika ada perubahan pada register. Teknologi register terdistribusi sangat mengurangi biaya penjagaan. Penggunaan register terdistribusi membantu mengurangi ketergantungan pada bank, lembaga pemerintah, pengacara, notaris, dan badan regulasi.

distributed ledger technology architecture

Fitur utama register terdistribusi adalah tidak adanya pusat kendali tunggal. Setiap node membuat dan mencatat pembaruan register secara terpisah dari node lainnya. Semua node kemudian memberikan suara pada pembaruan untuk memastikan bahwa sebagian besar node setuju dengan versi final. 

Pemungutan suara dan kesepakatan pada satu salinan register ini disebut konsensus, yaitu proses yang dilakukan secara otomatis oleh algoritma konsensus. Setelah konsensus tercapai, register terdistribusi lalu diperbarui, dan versi register terakhir yang disepakati disimpan dalam setiap node.

Register terdistribusi mewakili paradigma baru pengumpulan dan transmisi informasi. Sistem ini secara fundamental mengubah cara individu, bisnis, dan lembaga pemerintah berinteraksi. 

Register terdistribusi dapat digambarkan sebagai pencatatan transaksi atau kontrak yang dikelola dalam bentuk terdesentralisasi di berbagai lokasi dan oleh orang yang berbeda-beda sehingga menghilangkan kebutuhan akan otoritas pusat yang harus melakukan pemeriksaan untuk mencegah manipulasi. 

Dengan demikian, otoritas pusat tidak diperlukan untuk mengotorisasi atau memvalidasi transaksi. Semua informasi dalam register disimpan dengan aman dan akurat menggunakan kriptografi dan dapat diakses dengan kunci privat dan tanda tangan kriptografi. Setelah tersimpan, informasi tersebut menjadi basis data abadi yang diatur oleh peraturan jaringan.

Menurut statistik saat ini, meskipun keuangan terdesentralisasi berkembang pesat, transaksi on-chain lebih populer karena aman.

Fakta Singkat

Apa yang Dimaksud Transaksi On-Chain?

Untuk memahami arti on-chain, penting untuk mengingat pengertian blockchain. On-chain (transaksi blockchain) adalah transaksi mata uang kripto yang berlangsung di dalam blockchain dan dicatat serta diverifikasi menggunakan mekanisme blockchain tersebut. Semua transaksi itu hanya dianggap betul-betul terjadi setelah ada modifikasi blockchain yang sesuai.

how on-chain transactions work

Transaksi tersebut tidak dapat diubah, baik dengan jumlah konfirmasi yang mencukupi dari peserta jaringan ataupun melalui algoritma konsensus khusus. Transaksi hanya dapat dibatalkan jika konsensus dari peserta yang memiliki sebagian besar kekuatan hashing jaringan tercapai. 

Di sisi lain, transaksi kripto on-chain tidak gratis. Penambang membebankan biaya transaksii untuk menyediakan layanan verifikasi dan autentikasi guna memvalidasi pola transaksi dalam kerangka waktu tertentu dengan menggunakan analisis on-chain. Terkadang, jika jaringan tidak berkembang dengan baik dan ada banyak transaksi di dalamnya, biaya ini akan naik.

Transaksi on-chain dapat direalisasikan (dan tidak dapat diubah) hanya ketika lebih dari 51% anggota jaringan setuju bahwa transaksi itu benar dan register telah diperbarui sepenuhnya. Supaya transaksi di jaringan dapat diselesaikan, penambang harus menerima sejumlah konfirmasi yang disepakati. 

Waktu yang diperlukan untuk melakukan transaksi on-chain juga dipengaruhi oleh kemacetan jaringan. Oleh karena itu, kadang transaksi akan tertunda jika ada banyak transaksi yang perlu dikonfirmasi. Akan tetapi, pemrosesan transaksi bisa lebih cepat apabila pengguna membayar biaya yang lebih tinggi.

Kelebihan Transaksi On-Chain

Setiap jenis transaksi, baik on-chain maupun off-chain, menawarkan kelebihan dan kekurangan yang mewakili esensi dan konsep masing-masing.

Pros and Cons of On-Chain Transactions

Keamanan

Transaksi kripto on-chain menawarkan tingkat keamanan tinggi yang memungkinkan Anda menggunakannya tanpa mengkhawatirkan serangan peretasan. Data yang disimpan dalam blockchain dienkripsi sepenuhnya dan tidak dapat diubah setelah dicatat sehingga secara apriori terhindar dari segala jenis manipulasi, pencurian, atau pemerasan.

Berkat perlindungan kuat yang diberikan transaksi tersebut, tingkat kepercayaan pengguna bertambah besar, dan pada gilirannya, popularitas transaksi ini pun meningkat.

Desentralisasi

Blockchain tidak tunduk pada otoritas pusat, artinya risiko perantara yang melanggar kepercayaan atau memanipulasi aliran data sangat kecil atau tidak ada sama sekali. Setiap transaksi on-chain tunduk pada serangkaian aturan sistem desentralisasi yang memproses transaksi tersebut. 

Dengan demikian, tidak ada keterlibatan pihak ketiga yang dapat saja mengubah properti atau parameternya. Keunggulan ini berkaitan erat dengan keamanan karena sifat desentralisasi buku besar terdistribusi memungkinkan minimalisasi kemungkinan peretasan data transaksi yang dapat mengakibatkan pencurian aset.

Transparansi

Penggunaan buku besar terdistribusi berarti bahwa transaksi dicatat dan diverifikasi di beberapa tempat. Dengan menggunakan penjelajah blockchain, siapa pun dapat melacak transaksi ke alamat dompet tertentu dan melihat aktivitasnya, yang memungkinkan verifikasi independen terhadap metrik apa pun yang terkait dengan transaksi on-chain.

Transparansi transaksi juga meningkatkan kepercayaan pengguna karena mereka akan memiliki akses ke data penting dalam hash, yaitu checksum dari setiap transaksi yang mencerminkan tujuan dan karakteristik lainnya.

Kelemahan Transaksi On-Chain

Sekarang, mari kita amati kelemahan utama transaksi on-chain.

Kecepatan Rendah

Jumlah transaksi yang menunggu untuk diproses di blockchain dapat memengaruhi kecepatan transaksi, dan ini kemungkinan menyebabkan kemacetan jaringan. Dengan menurunnya efisiensi blockchain yang disebabkan oleh kemacetan jaringan yang berlebihan, pemrosesan transaksi biasanya dipercepat dengan melakukan peningkatan pada bagian-bagian tertentu dalam sistem blockchain.

Biaya Tinggi

Ketika volume transaksi tinggi, biaya jaringan juga meningkat. Pada saat permintaan sedang tinggi, harga yang harus dibayar untuk menggunakan jaringan pun bisa menjadi sangat mahal. Oleh karena penambang (validator) dibayar untuk memvalidasi setiap transaksi sesuai dengan volume transaksi itu sendiri, peningkatan bandwidth blockchain dapat membantu menurunkan biaya transaksi berkali-kali lipat sehingga mengurangi beban validator di jaringan.

Penggunaan Daya

Berbicara tentang transaksi on-chain, perlu disebutkan bahwa proses konsensus penambangan Proof-of-Work menggunakan banyak sekali daya dan energi pemrosesan. Setiap transaksi memerlukan daya pemrosesan dalam jumlah besar, yang diekstraksi dengan menambang mata uang kripto saat blok baru ditambang.

Apa yang Dimaksud Transaksi Off-Chain?

Transaksi off-chain berlangsung di jaringan mata uang kripto, tetapi di luar blockchain. Biayanya sangat murah, dan karena itu baru-baru ini menjadi sangat populer di jaringan besar. 

Dibandingkan dengan transaksi on-chain, transaksi off-chain jauh lebih sederhana. Transaksi off-chain dianggap valid ketika blockchain mengubah data transaksi. 

Sebelum perubahan terjadi, data diverifikasi dan divalidasi oleh sejumlah peserta tertentu, dan kemudian informasi tentang transaksi itu dicatat di blok lain dan dikirim kepada semua peserta dalam jaringan sehingga hampir mustahil untuk diubah.

Perjanjian transaksi off-chain dibuat di luar jaringan blockchain. Protokol yang digunakan untuk transaksi off-chain mirip dengan yang digunakan pada platform pembayaran seperti PayPal.

Para pihak yang terlibat dapat membuat perjanjian di luar blockchain. Langkah selanjutnya melibatkan pihak ketiga yang berperan untuk mengonfirmasi penyelesaian transaksi dan memverifikasi bahwa perjanjian telah dipenuhi. Dengan demikian, pihak ketiga menjadi penjamin dalam transaksi. 

Model inilah yang kini digunakan oleh sebagian besar bursa terdesentralisasi, di mana bursa berperan sebagai escrow. Ini menyediakan platform dan aturan untuk transaksi. Setelah para pihak menyetujui persyaratan di luar blockchain, transaksi yang sebenarnya dieksekusi di blockchain.

Kode atau kupon biasanya dapat diterima selama transaksi off-chain. Kode atau kupon ini dapat ditukarkan dengan aset kripto. Pihak ketigalah yang memiliki kode atau kupon, dan bertanggung jawab untuk menukarnya pada waktu yang tepat.

Kelebihan Transaksi Off-Chain

Sama seperti transaksi on-chain, transaksi off-chain juga memiliki kelebihan yang mengesankan.

Pros and Cons of Off-Chain Transactions

Kecepatan Transaksi Lebih Tinggi

Dibandingkan dengan tipe on-chain, transaksi di luar jaringan blockchain diproses dengan lebih cepat. Karena sifatnya yang tidak perlu menunggu konfirmasi dari blockchain, transaksi dapat berpindah dari dompet pengirim ke dompet penerima secara instan sehingga tidak memenuhi jaringan.

Biaya Lebih Rendah

Transaksi yang dikonfirmasi di luar blockchain lebih efisien dengan biaya minimal karena tidak memerlukan proses konfirmasi berdasarkan penambangan atau staking. 

Fitur ini sangat berguna ketika menangani mata uang kripto dan aset kripto lainnya dalam jumlah besar, baik pada sistem tersentral maupun terdesentralisasi.

Anonimitas Lebih Besar

Oleh karena semua data transaksi off-chain sepenuhnya bersifat pribadi dan tidak tersedia untuk umum, anonimitasnya pun lebih besar dan mampu menyembunyikan informasi sensitif penting seperti nama pengirim atau penerima, jumlah yang dikirim, dan data checksum transaksi lainnya, yang merupakan bagian terpenting dalam suatu transaksi.

Kelemahan Transaksi Off-Chain

Sekarang, mari kita bahas kelemahan utama transaksi off-chain.

Kurang Transparan

Dibandingkan transaksi on-chain, transaksi off-chain yang dilakukan secara offline tidak mengikuti protokol yang sama dengan blockchain sehingga membuka lebih banyak kemungkinan sengketa dan perselisihan yang disebabkan oleh ketidakmampuan mengetahui banyak data penting yang tersembunyi karena berbagai macam pembatasan.

Sentralisasi

Transaksi off-chain biasanya tersentral. Entitas yang mengirim data dapat menolak akses, menghancurkan data, atau berhenti berfungsi. Lapisan dan arsitektur yang kompleks dapat mempertahankan sifat desentralisasi transaksi off-chain meskipun tidak ada jaminan bahwa data dapat disimpan selamanya karena tidak berada di dalam blockchain.

Keamanan Kurang

Oleh karena transaksi off-chain diproses di luar blockchain (walaupun ada di dalamnya) dan informasi tentang transaksi tersebut tidak disimpan di dalam jaringan, keamanannya pun lebih rendah. 

Pendekatan ini hanya mencatat awal dan hasil akhir suatu transaksi di blockchain. Semua aktivitas validasi transaksi lainnya dilakukan di luar blockchain, dan itu mungkin saja berbahaya pada integritas data transaksi.

Transaksi On-Chain vs Off-Chain: Perbedaan Utama

Apa perbedaan antara transaksi on-chain dan off-chain? Meskipun namanya mirip, kedua jenis transaksi ini ditandai dengan beberapa perbedaan yang khas, baik dalam penerapannya maupun karakteristik yang mengondisikan cara kerjanya.

Proses Transaksi

Pada transaksi on-chain, semua data yang berkaitan diberi cap waktu dan disimpan di buku besar umum. Berdasarkan teknik konsensus jaringan blockchain (seperti Proof-of-Work atau Proof-of-Stake), komputer (atau node) jaringan blockchain memvalidasi transaksi ini. 

Verifikasi transaksi dan penambahan blok baru ke chain dapat mengonsumsi banyak sumber daya pemrosesan di jaringan blockchain PoW. Kebutuhan energi yang begitu besar akan sangat mencemari lingkungan dan mempercepat pemanasan global. 

Di sisi lain, transaksi off-chain dapat dilakukan dengan menggunakan penjamin pihak ketiga, yaitu solusi lapisan 2 (yang mencoba mengatasi kesulitan skalabilitas di blockchain) yang secara khusus dibuat untuk mengurangi tekanan pada blockchain utama. Dua contoh solusi ini adalah Liquid Network dan Lightning Network.

Comparing On-Chain vs Off-Chain Transaction

Transparansi dan Keamanan

Transaksi on-chain sangat aman dan transparan karena diberi cap waktu dan dicatat sehingga mustahil bagi siapa pun untuk mengubah atau membatalkannya. Transaksi off-chain memiliki tingkat keamanan yang berbeda-beda tergantung pada cara pelaksanaannya. 

Pihak yang terlibat akan membangun saluran samping dengan menggunakan solusi lapisan 2 (seperti Lightning Network). Saluran samping akan ditutup setelah transaksi selesai sehingga blockchain utama dapat mencatat transaksi tersebut. 

Transaksi off-chain lainnya mungkin tidak meninggalkan jejak untuk membantu pihak yang terlibat dalam transaksi jika terjadi perselisihan.

Bitcoin Lightning Network

Transaksi on-chain menyediakan tingkat keterbukaan yang lebih tinggi, tetapi anonimitasnya berkurang. Sebagian orang yang terlibat dapat diidentifikasi secara parsial melalui pola transaksinya karena perincian transaksi on-chain disimpan dengan aman di dalam buku besar yang didistribusikan secara publik. 

Sebaliknya, transaksi off-chain menawarkan anonimitas yang lebih besar karena tidak dapat dilihat oleh semua orang. Bahkan, transaksi off-chain yang dilakukan dengan solusi lapisan 2, yang mungkin meninggalkan jejak pada chain utama, dienkripsi dan tidak tersedia sampai chain ditutup sehingga kerahasiaan para pihak tetap terjaga.

Kesimpulan

Transaksi on-chain dan off-chain adalah dua teknologi berbeda dalam pengembangan jaringan blockchain, yang dengan karakteristiknya masing-masing menawarkan alat yang sama untuk menangani aset kripto, yaitu kemampuan untuk mentransfer nilai yang dinyatakan dalam aset kripto antara dompet yang berbeda, tetapi tetap dapat melihat data transaksi dan melacak statusnya.

Seiring perkembangan jaringan blockchain, model ini menjadi lebih meluas, tetapi hanya waktu yang dapat menentukan mana yang akan mendominasi di masa mendatang.

Artikel terbaru

slippage in crypto explained
Pengertian Slippage di Kripto dan Cara Mengatasinya
Edukasi 24.04.2024
A Quick Overview Of Crypto Denominations
Info Lengkap Seputar Denominasi Kripto: Unit Kripto yang Penting
Edukasi 23.04.2024
How to Start a Crypto ATM Business
Cara Memulai Bisnis ATM Kripto
Edukasi 22.04.2024
How to Get A BTC Wallet Address: Comprehensive Guide
Dompet BTC: Kenapa Dibutuhkan dan Bagaimana Cara Memperoleh Alamatnya?
Edukasi 19.04.2024